Surat dari Musafir
Surat
dari Musafir
Untukmu, Pandu Ibu
Pertiwi!
Perjalanan waktu terus melaju. Waktu
yang melaju pertanda berbagai langkah kehidupan telah engkau lalui. Walaupun memang perjalananmu masih hijau di biru -tempat kita menata mimpi dan menantang dunia-,
namun kemajuan demi kemajuan, perkembangan demi perkembangan telah engkau peroleh untuk bekalmu
menghadapi tantangan dunia yang semakin menggila. Ingatlah, menjadi tidak serupa
dengan dunia bukan berarti engkau harus hanya fokus pada hal-hal rohani saja,
namun hendaklah garammu mengasini tempat yang tawar, bukan tempat yang asin –agar
tidak darah tinggi- dan terangmu menerangi tempat yang gelap, bukan tempat yang
terang –agar tidak silau-. Pola pikir
dan tindakanmu haruslah selalu diarahkan untuk menjadi seperti Kristus. Memang
tidak akan mungkin sempurna sebab engkau terbatas dan berdosa. Oleh karena
itulah, Sang Juruselamat menebus engkau dari dosa untuk menjadi manusia baru
dalam Dia.
Hai, Sang Pembuat
Sejarah!
Engkau
dilahirkan kedunia bukan hidup untuk dirimu sendiri. Hidup ini bukan tentang
engkau tetapi tentang Allah dan sesama. Engkau lahir adalah untuk mewujudkan
rencana-rencana Allah atas bumi ini, maka gunakanlah Alkitab, Sang Kitab Agung,
karya seni Sang Seniman Akbar, sebagai landasanmu dalam menghadapi tantangan
dunia ini. Janganlah kiranya engkau menggunakannya hanya untuk PA, PI belaka.
Gunakan jugalah untuk menjernihkan pikiran dan mengarahkan tindakanmu untuk
menggarami dan menerangi berbagai segi kehidupan ini,-ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain-. Engkau berkutat
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, maka cobalah mencari landasan moral dan kajian
sistem yang diajarkan Bapa kita dari Alkitab agar kegiatan ekonomi tidak
merusak harmoni antara sesama. Banyak lagi arahan berbagai bidang kehidupan
yang bisa engkau temukan sebab Alkitab adalah permata yang tak ternilai. Dalam
melakukan itu pun, hendaklah rasio ataupun pikiranmu tunduk pada kebenaran dan
otoritasNya. Engkau juga haruslah menjadi pembuat sejarah. Jangan hanya
mempelajari sejarah, namun berbuatlah besar dalam koridorNya, supaya tindakanmu
juga menjadi sejarah yang dipelajari oleh generasi penerusmu nanti.
Hai, Sang Lentera Bangsa!
Jiwamu haruslah asli Indonesia.
Merah Putih haruslah terpancang dalam didadamu. Indonesia Raya haruslah engkau
banggakan dan perjuangkan –bukan hanya
dinyanyikan-. Haruslah engkau beda dengan anak muda bangsa ini yang
mengagung-agungkan bangsa barat. Tetapi engkau, wahai Lentera Bangsa,
hilangkanlah mental peniru! Isilah pikiranmu dengan pikiran mandiri dalam
keIndonesiaan! Agungkanlah Indonesia disetiap tindakanmu. Sebab, engkau
haruslah sadar bahwa engkau punya tujuan dilahirkan di bumi Indonesia. Bahwa
Allah begitu mengasihi Indonesia dan mau anak-anak muda seperti engkau memandu
bangsa ini sesuai dengan kapasitasmu. Jangan sampai engkau lebih hafal lagu
band daripada lagu nasionalmu sendiri. Sesekali jangan! Engkau lahir di
Indonesia, lidahmu adalah lidah Indonesia, pikiranmu adalah pikiran Indonesia,
dan budayamu adalah budaya Indonesia. Ciumlah dengan sepenuh hati bendera Merah
Putih. Nyanyikanlah Indonesia Raya dengan penuh penghayatan dan jiwa
kebangsaan. Ingatlah sekali lagi, engkau sangat dibutuhkan bangsa ini untuk
berkarya dan berbuat nyata –bukan sebatas
kata-kata-. Jangan menyakiti hati Tuhan kita dengan tidak peduli dengan
keadaan bangsa ini. Indonesia adalah berkatNya untuk kita.
Jadilah 100% Nasrani
dan 100% Indonesia!
Jadilah Nasrani
Indonesia!
Sukma Bangsa
Taruk bangsa,
Manikam Nusantara merana
Tubuh bangsa ada
Sukmanya hilang tanpa tanda
Hampa tak terjaga
Tunas bangsa,
Badanmu berdiri di Ibu Pertiwi
Namun jiwamu tak bersorak
Akan rahmat yang terserak
Disekujur Nusantara yang menganga
Mudharat yang engkau dapat
Lihat jiwa pancang negeri orang
Anggap keren namun kere!
Sukma bangsa tanpa asa
Kau padamkan jiwa Indonesia!
Bangga dengan sukma yang terjajah
Kau zhalimi kehendak Allah
Teringin ideal menjadi pandu
Mengukir sejarah baru dipahat batu
Namun kau masih mengadu
Pada Ibu yang menangis sendu
Manikam Nusantara, harta berharga
Indonesia tercinta, anugerah penuh
rasa
Janabijana!
Relakah engkau menjual negeri
Kala Ibu Pertiwi yang terus tertatih?
Tunas negeri!
Taruk bangsa!
Tubuh dan jiwamu harus berdiri
Menata pertiwi ‘tuk redam ngeri
Kembalilah dari alam ilusi
Alam tanpa harga diri
Menuju impian negeri sejati
Dalam sukma bangsa Merah Putih!
Hai, Sang Pembaharu
Bangsa!
Terjun ke masyarakat yang miskin dan tertindas
bukanlah hanya karena alasan kemanusiaan belaka. Ingatlah, Sang Teladan Agung
kita, Yesus Kristus, telah terlebih dahulu melayani orang-orang buta, lumpuh,
miskin, janda, dan lainnya. Bahkan yang terbesar adalah pengorbananNya di kayu
salib untuk menebus dan melayakkan engkau untuk memperoleh keselamatan. Jadi,
tidak ada alasan bagimu untuk setengah-setengah dan bermalas-malasan berkarya.
Sebab, jika Yesus setengah-setengah dalam menebusmu, engkau tidak akan bisa
diselamatkan dari dosamu. Sekali lagi, engkau bukan hidup untuk dan tentang
dirimu sendiri, tetapi untuk dan tentang Tuhan serta sesama. Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia ( 1 Korintus 15:58).
Hai, Sang Nasrani
Indonesia!
Inilah rangkai harapanku untukmu, Sang Generasi Baru, Sang
Lentera Bangsa, Pandu Ibu Pertiwi. Berbuatlah besar dan yakinkan dirimu bahwa
Tuhan akan selalu menjaga, memelihara dan membimbingmu! Jangan pudar
semangatmu! Berbahagialah menghadapi tekanan dan tantangan, sebab karena itu
hidupmu akan lebih bermakna dan berbeda. Indonesia butuh engkau! Masyarakat
tertindas butuh engkau! Singsingkan lengan bajumu dan bangunlah untuk berkarya.
“ Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu ( 1 Timotius:12)”.
Tinggilah Imanmu,
Tinggilah Ilmumu,
Tinggilah
Pengabdianmu,
Ut Omnes Unum Sint,
Syalom!
Merdeka, Indonesia
Raya!
Komentar
Posting Komentar