Seri Refleksi#1: Dua Tahun Perjalanan S2 di Magister Sains Manajemen FEB UGM
Untaian kalimat-kalimat berikut adalah hasil perenungan selama menjalani petualangan kuliah di MD FEB UGM dari 18 Januari 2018-17 Februari 2020. Kebanyakan kalimat-kalimat berikut adalah rumusan pribadi tetapi ada juga yang mengutip dari tokoh-tokoh terkenal. Semoga berkenan membacanya ya para kamerad. Ini adalah seri pertama dari tulisan-tulisan hasil refleksi per bulan ke depannya.
Pertama,
Regarding management “ideology”, my stance is similar with Hofstede (all articles), Whetten (1989), Nonaka and Takeuchi (1995) namely contextualization of management based on culture (anthropology of management) /against universalism and with Singh & Lumsden (1990) namely organizational ecology perspective (each organizational growth phase has its own characteristic and treatment)
Concerning social capital view, my foundation is Woolcock and Narayan’s work (2000) namely advocating the combination between bonding and bridging social capital.
Regarding ethnic entrepreneurship, I am in line with Verver, Passenier, and Roessingh (2019) who critized the western bias in ethnic entrepreneurship research.
Kedua,
Ujilah segala sesuatu! Pertanyakan logika/penalaran, data dan metodologi yang digunakan. Uji kedalaman dan keluasannya! Lulusan MD FEB UGM seharusnya disiplin dalam berteori dan metodologi. Jika seseorang bercerita, pertanyaan sumber rujukannya valid atau tidak. BE A MAN OF WHY!
Ketiga,
Menulis itu seperti menyetem gitar. Harus sensitif pada nada yang fals alias sensitif terhadap EBI, koherensi antar kalimat, dinamika wacana yang dibangun, ketajaman analisis, dan lain sebagainya.
Keempat
Berfilsafat membuat kita mampu menentukan pendirian atas berbagai isu kehidupan.
Kelima,
Tidak ada sesuatu terjadi tanpa alasan. Tugas kita adalah mencari menemukan kebenaran sampai kita memahami (bukan memaklumi) dan mengevaluasi. Cinta adalah tentang penerimaan dan perbaikan berkelanjutan. Meriset adalah cara mencintai kehidupan.
Keenam,
Kecerdasan buatan? Cerdas adalah keluaran dari pengetahuan/logika/rasionalitas sehingga relatif bisa dialgoritmakan. Kearifan buatan atau hikmat buatan? Tidak ada. Hikmat adalah keluaran dari rasa empati, cinta, pengorbanan, moral, dan etika.
Ketujuh,
Setiap orang/organisasi memiliki fase pertumbuhannya sendiri. Tiap fase seharusnya mendapatkan perlakuan yang berbeda.
Kedelapan,
Seni dan kebudayaan adalah salah satu jalan pemanusiaan manusia. Tiap orang Indonesia seharusnya menguasai pengetahuan adat etniknya masing-masing. Maka, jalan pertama memulihkan Indonesia adalah mendukung masyarakat adat. Masyarakat adat diakui maka pendidikan nilai luhur berjalan dan lingkungan hidup dapat dijaga. Kedua, rekonsilisasi dengan luka batin bangsa ini di masa lalu (misalnya, kasus-kasus HAM). Ketiga, perang total terhadap korupsi.
Kesembilan,
Relasi yang baru adalah relasi sahabat (heterarki), bukan lagi relasi tuan-hamba (hierarki). Relasi sahabat adalah relasi saling percaya, saling tergantung, relasi saling menajamkan. Tuhan dan aku sama-sama saling percaya. Aku percaya Dia memeliharaku, Dia percaya bahwa aku mampu mewujudkan syalomNya di dunia.
Kesepuluh,
Saripati makna dari kader adalah kegelisahan+inisiatif. Seorang kader bertindak berdasarkan nilai-nilai, bukan karena suruhan orang atau tekanan eksternal lainnya.
Kesebelas,
Kebenaran tidak selalu datang dari kawan dan kesalahan tidak selalu datang dari lawan. Kritik orang-orang terdekatmu lebih dulu! Bersikap adil, sportif, dan objektif! Hindari standar ganda!
Keduabelas,
Jangan pernah wariskan kebencian! Jangan suka mendramatisir bahwa seolah kau adalah pahlawan penyelamat! Berbuatlah yang terbaik dan kaderi penerusmu! Percayakan pada generasi berikutnya!
Ketigabelas,
Data dan informasi berterbaran dimana-mana. Berpikir kritis adalah keharusan. Growth mindset dan keterampilan pemecahan masalah harus dibangun. Kolaborasi harus dibiasakan.
Keempatbelas,
Dengan memiliki kompetensi meneliti, kita mengetahui the why dan the how. Proses berpikir deduktif, induktif, dan abduktif harus dikuasai. Etika, Logika, Statistika.
Kelimabelas,
Dalam hidup, segala sesuatu adalah sementara. Yang pernah menjadi teman dekatmu akan menjadi teman dekat orang lain. Yang pernah menjadi mitra kerjamu akan menjadi mitra kerja orang lain. Kekasihmu mungkin akan menjadi mantan kekasihmu. Orangtua dan keluarga akan terpisah oleh usia. Aku telah berkali-kali kehilangan sosok-sosok dalam hidupku. Kesendirian mengajarkanku satu hal: perubahan adalah hal yang mutlak terjadi. Jika kita ingin hidup terus berjalan dan berkembang, kehilangan adalah bagian dari perubahan. Setiap perubahan harus diterima dan disyukuri. -Anonim-
Keenambelas,
When you come to a point where you have no need to impress anybody, your freedom will begin. -Anonim-.
Ketujuhbelas,
A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way. -John C. Maxwell.
Kedelapanbelas,
Berasumsi/berhipotesis/berprasangka itu tidak salah. Tetapi, anda harus menguji atau mengonfirmasi kebenarannya. Sekali suatu hal sudah terbukti atau teruji kebenarannya, anda harus terima, terlepas suka atau tidak. Jangan pernah mempermanenkan prasangka!
Komentar
Posting Komentar