SERI REFLEKSI #02-03/2021: LEARN, UNLEARN, RELEARN! JADILAH PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT!
Sang Guru dan para guru di bulan Februari-Maret 2021 berpesan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Harus siap terus-menerus mempertanyakan asumsi, nilai-nilai, keyakinan sendiri. Tidak ada yang abadi dan permanen. Semua harus siap terus-menerus didekonstruksi dan direkonstruksi.
Pertama,
Salah satu indikator sukses berbagi pengetahuan tacit: Ketika Anda saling mengerti tanpa harus berbicara eksplisit.
Kedua,
As Schon (1983) observed, "When someone reflects while in action, he becomes a researcher. He is not dependent on the categories of established theory and technique, but constructs a new theory of the unique case" (cited in Nonaka, 1994).
Ketiga,
Berpraksis adalah praktik yang dikonfirmasi oleh refleksi teoretis dan teori yang dikonfirmasi oleh refleksi praktis.
Keempat,
Pengetahuan itu harus diwariskan supaya suatu institusi/organisasi/komunitas dapat berumur panjang. Setidaknya, ada dua cara jitu: a) Abadikan pengetahuan dengan menggunakan teknologi (misalnya, dalam sistem informasi manajemen, sistem pendukung keputusan, sistem manajemen pembelajaran); b) Wariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dengan konsisten melakukan mentoring dan coaching.
Kelima,
Semakin Anda memiliki prior knowledge yang kuat, semakin efisien dan efektif dalam bekerja.
Keenam,
Hantu dari sistem pendidikan kita adalah feodalisme dan budaya diam. Selama para mahasiswa masih takut mendebat dosennya dalam kelas, maka selama itu pula mereka tidak akan merdeka belajar. Proses pendidikan harusnya adalah proses yang penuh debat/dialektika intelektual tanpa baper.
Ketujuh,
Ilmu itu logos. Logos itu cahaya. Ilmu itu cahaya. Berilmu adalah pengalaman spiritual.
Kedelapan,
Alvin Toffler: The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot LEARN, UNLEARN, and RELEARN.
Komentar
Posting Komentar