SERI REFLEKSI #8/2021: KARENA CINTA SANG SAHABAT LEBIH DARI CUKUP!




Agustus berlalu. Poin kuat renungan bulan ini berkisar tentang hal eksistensial dan kehormatan hakiki. Selamat merenung!
Pertama, 
Yang dibutuhkan oleh anak muda utamanya bukan penceramah yang berbusa-busa. Yang dibutuhkan adalah mentor-sahabat yang sabar menemani proses belajar mereka, tidak feodal, dan percaya bahwa setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. 

Kedua,
Tidak ada mahasiswa yang "kosong" atau "bodoh". Mereka sudah punya pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman. Tugas kita adalah berdialog secara kritis dengan mereka untuk memastikan mereka punya dasar yang kuat atas pilihan-pilihan hidupnya dan sadar konsekuensi atas tiap pilihannya. Selain itu, yang kita butuhkan dari mereka adalah kemauan, bukan kemampuan. Asal mereka mau dididik, maka akan dimampukan.

Ketiga,
Kehormatan, otentisitas, dan integritas setidaknya berada dalam hal berikut: Jangan jadi penjilat! Jangan hobi cari muka! Jangan suka cari aman atau cari selamat!

Keempat, 
Mari menjadi generasi DIALOG, bukan generasi MONOLOG. Hanya melalui perjumpaan-perjumpaan DIALOGIS dan kepemimpinan SAHABAT (philial leadership), kita dapat saling menajamkan dan bertukar kearifan. 

Kelima,
Inovasi bukan hanya tentang inovasi produk, tetapi yang tidak kalah penting adalah inovasi paradigma, inovasi rantai pasok, inovasi model bisnis, inovasi organisasi, inovasi layanan. Dalam kajian keperilakuan inovasi, sangat penting untuk memahami teori adopsi dan difusi inovasi yang menjelaskan pola perilaku orang-orang dalam menerima suatu inovasi, setidaknya terbagi dua grup besar: tipe pengadopsi awal dan tipe pengadopsi akhir. 

Keenam,
Orang yang fleksibel itu tahu apa yang dapat dikompromikan, apa yang tidak. Yang sama sekali tidak bisa dikompromikan adalah INTEGRITAS! 

Ketujuh,
Menjadi fleksibel juga dapat diartikan sebagai cara berpikir yang berbasis risiko dan skenario. Anda punya banyak rencana cadangan menghadapi berbagai situasi ketidakpastian.

Kedelapan,
Bisa gak ya suatu saat aku berucap dengan penuh syukur: "Rahmat cinta Tuhan lebih dari cukup untukku!" karena aku gak lagi butuh pengakuan berlebihan, gak butuh legitimasi berlebihan, gak butuh dipuji berlebihan, gak perlu menjilat, gak butuh dipahlawankan, bisa menertawakan diri sendiri, tidak suka mengekang, bisa mengampuni, tidak takut bersuara benar dan kritis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SERI REFLEKSI APRIL-JUNI 2023

SERI REFLEKSI #5/2021: WHAT DOESN'T KILL YOU MAKES YOU STRONGER (NIETZSCHE)

SERI REFLEKSI #04/2021: BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM DAN TEBARKAN JALAMU!