SERI REFLEKSI JANUARI-MARET 2023
Kembali muncul lagi setelah sekian lama. Catatan-catatan berikut dikumpulkan melalui perenungan-perenungan dan beberapa lainnya adalah kutipan-kutipan dari beberapa figur yang relevan untuk menjadi pegangan untuk saya.
Pertama,
Ilmiah artinya sudah diuji berkali-kali oleh ahli-ahli dan terbukti di lapangan. Pengetahuan adat juga ilmiah teruji beratus tahun juga, bermanfaat secara lokal. Tidak harusnya dianggap primitif.
Kedua,
Quote dari Budiman Sudjatmiko: Manusia politik setidaknya ada 5 indikator: 1) Mencintai ide (produksi ide: diskusi, baca, tulis); 2) Mencintai rakyat (yang termarjinalkan); 3) Punya tradisi berorganisasi sejak muda; 4) Punya kehendak berkuasa; 5) Punya kemampuan retorika. Pemimpin harus belajar intensif tentang sejarah dan geopolitik. Sejarah tentang waktu, geopolitik tentang ruang. Pemimpin harus paham dua-duanya.
Ketiga,
Kemapanan itu ilusi. Tidak ada yang deterministik dan mapan. Hari-hari kita adalah pertarungan. Pertarungan wacana, ide, dan nilai-nilai.
Keempat,
Environmentalism without class struggle is just gardening (Chico Mendes), and environmentalism without anti-imperialism is ecofascism (Jason Hickel).
Kelima,
Mari mempelajari "jiwa zaman" dari setiap teori-teori manajemen dengan mempelajari konteks historis, sosiologis, bahkan antropologis. Ini berguna untuk membangun pemikiran kritis terhadap teori-teori yang ada.
Keenam,
Kita butuh narasi alternatif di sekolah bisnis. Selama ini dihegemoni oleh neoliberalisme, kolonisasi modern, dan kapitalisme sebagai kebenaran tunggal yang seolah tidak boleh dikoreksi.
Ketujuh,
Quote dari Rocky Gerung: Berpikir hanya disebut berpikir kalau ada yang menentang pikiran Anda. Disertasi yang disimpan di perpustakaan saja tidak akan menimbulkan kegoncangan pikiran. Pikiran hanya disebut pikiran kalau diganggu. Itu bedanya berpikir dan berdoa. Fungsi kampus adalah mengganggu pikiran politik istana. Mustinya istana senang kampus mengganggu pikiran mereka supaya terjadi dialektika, supaya tumbuh ide baru. Harus ada pertarungan antara kampus dan kekuasaan. Tidak tahu siapa yang menang, tetapi harus berusaha. Indonesia harusnya adalah milik generasi yang berpikir (kritis). Ujilah kekuasaan secara akademis dan etis!
Kedelapan,
Ada setidaknya dua mata kuliah yang dapat menjadi solusi agar diskursus manajemen dan bisnis kritis dan tidak ahistoris: Sejarah Pemikiran Manajemen di Dunia dan Indonesia, Filsafat Ekonomi, dan Filsafat Ilmu.
Kesembilan,
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depan, setidaknya ada dua profil tujuan pembelajar di manajemen: pemikir yang kritis dan pemimpin yang arif. Perlu operasionalisasi cara membentuk dua profil ini dalam kurikulum.
Kesepuluh,
Menjadi mahasiswa harus berkontribusi ide atau gagasan dan gerakan. Masalah apa di dunia ini yang ingin Anda pecahkan? Apa idemu untuk dunia yang lebih baik? Indonesia yang seperti apa yang kau bayangkan di masa depan?
Kesebelas,
Quote Raditya Dika: menulis adalah membangun teater di kepala pembaca.
Keduabelas,
Ketika bertemu dengan akademisi yang tulisannya kau kagumi, tidak perlu puja puji berlebihan. Apresiasi dan sampaikan kau punya banyak pertanyaan terkait karyanya. Itu yang dia butuhkan sebagai mitra kritis, bukan pendewaan.
Ketigabelas,
Kemampuan yang akan terus dan semakin dibutuhkan untuk mahasiswa manajemen adalah kemampuan meneliti serta bertindak etis dan arif di lapangan, bukan kemampuan menghafal karena pengetahuan bisa usang atau digantikan oleh AI. Mahasiswa juga seharusnya tidak dijejali hafalan-hafalan konsep, tetapi difasilitasi kemampuan meriset, mulai dari berpikir kritis, mengumpulkan informasi, merancang metode, membuat pengetahuan, serta mengambil keputusan secara arif dan bertindak secara etis. Tinggal siapkan silabus mata kuliah tiap minggu topik besarnya apa dan apa yang harus mereka riset tentang topik tersebut. Learn how to think, not what to think.
Komentar
Posting Komentar