Desain Baru Komisariat Seri#1
1. Kelompok kader sebagai tulang punggung pengkaderan. Model ini memungkinkan proses pengkaderan bisa lebih terarah, berkesinambungan, dan terpersonalisasi (bisa secara detail mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan masing-masing anggota karena hanya terdiri dari 3-5 orang). PIKO (pemimpin kelompok) berperan sebagai pemateri dan penghubung dengan berbagai pemateri lain. Lihat di: https://www.hardofggmanik.my.id/2020/04/desain-proses-pembelajaran-kelompok.html
2. Saatnya menerapkan struktur heterarki untuk memastikan ruang-ruang kreativitas dan inovasi terbuka lebar serta memastikan eksekusi program-program teknis arahan ASKUO dapat dicapai dengan lebih terukur dan keluarannya (output) jelas. Pengurus komisariat ramping dan bermodel struktur datar. Strukturnya adalah Ketua; Wakil Ketua; Sekretaris; Bendahara; Wakil Sekretaris Umum; Departemen Pers dan Litbang; Departemen Pendampingan Maper Baru; Departemen E-Learning, Bedah Buku, dan Diskusi Tematis; Departemen English Club; Departemen PA dan Ibadah; Departemen Pembinaan Pemuda Gereja; Departemen Penempatan Kader dan Diskusi Kampus; Departemen Konten Advokasi Masyarakat. PK harus terdiri dari orang-orang yang antusias dan berinisiatif tinggi. Ketua, Waket, dan Sekretaris utamanya mengurus kebijakan dan kegiatan strategis, umum, dan insidentil. Wasek utamanya mengurus administrasi dan inventaris/perlengkapan. Setiap departemen harus membentuk tim masing-masing dan dapat mengganti anggota tim jika berkinerja baik/tidak aktif.
3. Dukungan dana untuk studi lanjut. Adanya gotong-royong senior yang sudah bekerja untuk membantu pembiayaan les/tes TOEFL dan IELTS serta pembiayaan kuliah lanjut S2 bagi kader-kader yang tidak lulus beasiswa LPDP. Ini urgen dilakukan untuk memperbaiki kualitas SDM komisariat. Nantinya, mereka-mereka yang sudah lulus harus melakukan hal yang sama dengan memberikan dukungan untuk adik-adiknya.
4. Menghilangkan keanggotaan fiktif. Mengevaluasi tingkat keaktifan para anggota di komisariat. Menyurati BPC untuk mencabut keanggotaan mereka yang tidak pernah aktif sama sekali.
5. Membuat kegiatan bayangan yang diinisiasi oleh anggota untuk menjadi backup pengkaderan atau jangkar pengaman jika program-program pengkaderan yang diplenokan oleh PK mandek eksekusinya. Contoh dari kegiatan ini adalah kegiatan bedah buku mingguan yang dilakukan oleh GMKI FEB USU yang diberi nama Ruang Rindu, eh bukan. Namanya adalah Ruang Opini. Kegiatan-kegiatan lainnya adalah English Club, Kelompok Sastra, Kelompok Desain, dll.
Komentar
Posting Komentar