Seri Refleksi#3: Mendirikan Rumah di atas Batu Karang, bukan di atas Pasir
Untaian kalimat-kalimat berikut adalah refleksi pada bulan Juli 2020.
Pertama,
Keberpihakan intelektual adalah pada KEBENARAN, bukan pada orang-perorangan atau pihak-pihak tertentu.
Kedua,
Kita harus memiliki kemampuan membaca dan membuat pola dalam menganalisis data dan menulis karya ilmiah. Mulailah melihat kata yang paling sering digunakan (kata kunci; kata simbol) dalam membaca paper atau menggunakan peta pikir.
Ketiga,
Listen to science! Use data, insights, and logic! Apply empathy! Act with compassion!
Keempat,
Untuk keIndonesiaan, aku mengikuti Soekarno, Hatta, dan Gus Dur.
Kelima,
Penting untuk membedah anatomi dari suatu peristiwa/fenomena, bedakan mana yang variabel foci, mana moderasi/mediasi. Pembedaan ini berfungsi untuk memisahkan mana inti peristiwa, mana bumbu-bumbu dramatis. Foci adalah titik acuan suatu peristiwa bermula.
Keenam,
Ada dua penyakit kita: suka OVER-CLAIM (sindrom pahlawan) dan OVER-RATE (sindrom penjilat). Hindari!
Ketujuh,
Niat itu mimpi. Implementasi niat itu rencana. Tidak ada gunanya bermimpi jika tidak dioperasionalkan dalam bentuk rencana (jangka pendek dan jangka panjang).
Kedelapan,
Satu prinsip yang vital yang mulai aku resapi agar berkembang dengan pesat dan berdampak signifikan untuk banyak orang adalah pastikan inner circle-mu orang-orang terbaik, baik keahlian maupun integritasnya.
Kesembilan,
Aku: pecinta sains, seni, dan sastra; independen dan interdependen; tidak materialistik; telaten; tangkas/lincah (agile); pertapa dan pengembara; humanis; spiritualis (going to the extra mile).
Komentar
Posting Komentar